Pendidikan, Ilmu, Agama, Kuliah ,

Aliran-Aliran Dalam Filsafat


Aliran-Aliran Dalam Filsafat
Banyak. Antara lain untuk mengasah daya kritis dan analitis. Sehingga mampu keluar dari fanatik buta. Misalnya ada yang ngomong politik itu kotor. Dengan belajar filsafat, kita tidak akan terima begitu saja. Kita akan teliti secara jernih dan mendalam. Tentu saja ditopang disiplin ilmu terkait seutuhnya.
Orang belajar filsafat akan terus mengejar dengan pertanyaan mengapa. Ia ingin tahu tidak hanya apa dan bagaimana tetapi mengapa suatu perkara atau fenomena itu muncul. Jadi, orang yang memahami filsafat tidak mudah termakan rayuan iklan (tergelak).
Kata orang, filsafat itu rumit dan cenderung menyesatkan. Bahkan, dalam beberapa kasus, mahasiswa yang mendalami filsafat malah jadi ateis atau justru melecehkan Al Quran dan Rasulullah swt.Tanggapan Anda?
Bagi seorang Muslim, belajar filsafat itu punya dua fungsi. Pertama, membenarkan yang benar (ihqaq al-haqq). Kedua, membatalkan yang batil (ibthal al-bathil). Dan kebenaran yang dimaksud itu terkandung dalam Al Quran dan Sunnah Rasulullah saw.
Belajar Filsafat Islam itu seperti Nabi Ibrahim yang ingin tahu bagaimana Allah menghidupkan orang mati. Allah balik bertanya, “Apakah engkau belum percaya?” Nabi Ibrahim menjawab, “Aku percaya, akan tetapi [aku bertanya] supaya hatiku tentram (mantap).” Jadi, Filsafat itu untuk mengokohkan kebenaran sekaligus menghapus keraguan.
Namun sayang, kini banyak yang keliru mengatakan bahwa kebenaran itu tidak bisa ditemukan, dan hanya bisa dicari atau didekati. Ini jelas perspektif sekuler-liberal yang alergi pada agama. Filsafat sekuler dan liberal itu lahir dari ketegangan antara nilai-nilai agama Kristen dengan nalar. Pada abad ke-16 Masehi, di Eropa terjadi konflik antara pemuka agama Kristen dengan para ilmuwan. Para saintis kala itu menilai doktrin agama Kristen sangat tidak rasional dan sulit dicerna oleh akal sehat.
Pertentangan paling masyhur adalah tentang heliosentris. Dalam Bible, bumi dianggap pusat tata surya (geosentris). Yang menyangkal akan dihukum oleh tokoh-tokoh gereja yang waktu itu memang sangat berkuasa. Tak ayal, beberapa ilmuwan semisal Galileo merasakan hukuman itu.
Apakah Filsafat selalu bertentangan dengan Al Quran?
Tidak ada catatan sejarah bahwa Filsafat Islam itu mempertentangkan wahyu dengan akal. Semua yang tersurat dalam Al Quran sangat rasional. Banyak ayat-ayat Kitabullah yang paralel dengan penemuan ilmiah.
Allah SWT secara eksplisit menyuruh manusia berpikir. Banyak ayat yang bernada tantangan menyelidiki dan merenungi fenomena alam. Misalnya ayat afala ta’qilun‘Tidakkah kalian berakal (menggunakan akal)?’; afala tatafakkarun ‘Tidakkah kalian mau berpikir?’
Jadi, pertentangan wahyu dan rasio manusia bukanlah masalah utama dalam filsafat Islam. Ini diakui oleh Oliver Leaman, profesor Filsafat dari University of Kentucky (dalam History of Islamic Philosophy, Routledge, 1996, London).
Pertentangan ini merupakan ‘impor’ dari filsafat Kristen. Tak heran jika Tertullian, seorang Bishop (uskup) asal Afrika pernah menyatakan, “Aku percaya justru karena (dogma Kristen) itu tidak masuk diakal (credo quia absurdum)”. Artinya, memang sukar bagi orang Kristen untuk merasionalkan keimanannya. Mereka terpaksa terima saja karena akidahnya sulit dinalar.”
Islam tidaklah demikian. Pikirkan dengan akal sehat secara mendalam, maka kita akan menemukan kebenaran dalam Islam. Kalau ada yang tersesat, mungkin itu ada yang salah dalam niat atau juga proses belajarnya.
Mengapa identitas Filsafat Islam nyaris tergerus oleh Fisafat Liberal?
Semua itu terjadi paska penjajahan negeri-negeri Islam oleh bangsa-bangsa Eropa yang nota bene non-Muslim. Lantas bergulirlah proses de-islamisasi dan sekularisasi pendidikan. Semua kurikulum pendidikan di negeri Islam dijauhkan dari unsur agama. Maka, terjadilah pengenyahan agama. Belajar apapun nggak ada kaitannya dengan agama.
Apa solusinya?
Perlu metodologi pembelajaran filsafat Islam secara utuh dan tuntas. Kita harus menggali turats (kitab rujukan asli) dari pemikiran para filsuf Islam yang berlimpah jumlahnya. Sebutlah karya-karya agung Ibnu Sina, Al Farabi, Imam Al Ghazali, Fakhruddin Ar Razi, dan lain-lain.
Dan untuk itu kita harus punya tradisi ilmu yang kuat. Sumber pustakanya juga harus dari kitab-kitab Islam yang orisinil, bukan saduran atau ringkasan saja. Kalau cuma saduran, mana bisa utuh pemahamannya? Memang, tidak setiap muslim harus belajar Filsafat. Tapi harus ada yang menekuni sebagai fardhu kifayah.
Tapi, sekali lagi, mesti berangkat dari sumber aslinya. Baru kita bisa merumuskan nilai-nilai Filsafat Islam yang komprehensif. Dengan demikian insya Allah kita tidak akan tergerus oleh filsafat Barat yang menggerogoti nilai-nilai esensial Islam.(oq)

 Tujuan, fungsi dan manfaat filsafat

Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).

Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya.

Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugasfilsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan 'nation', ras, dan keyakinan

keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan.

Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.


Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).



 Aliran-aliran dalam filsafat

Aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat sangat banyak dan kompleks. Di bawah ini akan kita bicarakan aliran metafisika, aliran etika, dan aliran-aliran teori pengetahuan.

a. Aliran-aliran metafisika

Menurut Prof. S. Takdir Alisyahbana, metafisika ini dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu (1) yang mengenai kuantitas (jumlah) dan (2) yang mengenai kualitas (sifat).Yang mengenai kuantitas terdiri atas (a)monisme, (b) dualisme, dan (c) pluralisme. Monisme adalah aliran yang mengemukakan bahwa unsur pokok segala yang ada ini adalah esa (satu). Menurut

Thales: air menurut Anaximandros: 'apeiron' menurut Anaximenes: udara. Dualisme adalah aliran yang berpendirian bahwa unsure pokok sarwa yang ada ini ada dua, yaitu roh dan benda. Pluralisme adalah aliran yang berpendapat bahwa unsur pokok hakikat kenyataan ini banyak. Menurut Empedokles: udara, api, air dan tanah. Yang mengenai kualitas dibagi juga menjadi dua bagian besar, yakni (a) yang melihat hakikat kenyataan itu tetap, dan (b) yang melihat hakikat kenyataan itu sebagai kejadian.

Yang termasuk golongan pertama (tetap) ialah: " Spiritualisme, yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat roh. " Materialisme, yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat materi. Yang termasuk golongan kedua (kejadian) ialah: " Mekanisme, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian di dunia ini berlaku dengan sendirinya menurut hukum sebab-akibat. " Aliran teleologi, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian yang satu berhubungan dengan kejadian yang lain, bukan oleh hukum sebab-akibat, melainkan semata-mata oleh tujuan yang sama. " Determinisme, yaitu aliran yang mengajarkan bahwa kemauan manusia itu tidak merdeka dalam mengambil putusan-putusan yang penting, tetapi sudah terpasti lebih dahulu.

" Indeterminisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa kemauan manusia itu bebas dalam arti yang seluas-luasnya.



b. Aliran-aliran etika

Aliran-aliran penting dalam etika banyak sekali, diantaranya ialah:

1) Aliran etika nuturalisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa kebahagiaan manusia itu diperoleh dengan menurutkan panggilan natural (fitrah) kejadian manusia sekali.

2) Aliran etika hedonisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa perbuatan susila itu ialah perbuatan yang menimbulkan 'hedone' (kenikmatan dan kelazatan).

3) Aliran etika utilitarianisme, yaitu aliran yang menilai baik dan buruknya perbuatan manusia ditinjau dari kecil dan besarnya manfaat bagi manusia (utility = manfaat).

4) Aliran etika idealisme, yaitu aliran yang menilai baik buruknya perbuatan manusia janganlah terikat pada sebab-musabab lahir, tetapi haruslah didasarkan atas prinsip kerohanian (idea) yang lebih tinggi.

5) Aliran etika vitalisme, yaitu aliran yang menilai baik-buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada atau tidak adanya daya hidup (vital) yang maksimum mengendalikan perbuatan itu.

6) Aliran etika theologis, yaitu aliran yang berkeyakinan bahwa ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia itu dinilai dengan sesuai atau tidak sesuainya dengan perintah Tuhan (Theos = Tuhan).


c. Aliran-aliran teori pengetahuan

Aliran ini mencoba menjawab pertanyaan, bagaimana manusia mendapat pengetahuannya sehingga pengetahuan itu benar dan berlaku.

Pertama, golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan. Termasuk ke dalamnya:

" Rationalisme, yaitu aliran yang mengemukakan bahwa sumber pengetahuan manusia ialah pikiran, rasio dan jiwa manusia.

" Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari pengalaman manusia, dari dunia luar yang ditangkap pancainderanya.

" Kritisisme (transendentalisme), yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari luar maupun dari jiwa manusia itu sendiri.

" Kedua, golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia. Termasuk ke dalamnya:

" Realisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambar yang baik dan tepat dari kebenaran dalam pengetahuan yang baik tergambarkan kebenaran seperti sungguh-sungguhnya ada.

" Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu sekaliannya terletak di luarnya.

d. Aliran-aliran lainnya dalam filsafat

Di samping aliran-aliran di atas, masih banyak aliran yang lain dalam filsafat. Aliran-aliran itu antara lain ialah:

1) Eksistensialisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat harus bertitik tolak pada manusia yang kongkret, yaitu manusia sebagai eksistensi, dan sehubungan dengan titik tolak ini. maka bagi manusia eksistensi itu mendahului esensi.

2) Pragmatisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa benar dan tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori, semata-mata bergantung pada berfaedah atau tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak di dalam kehidupannya.

3) Fenomenologi, yaitu aliran yang berpendapat bahwa hasrat yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya dan keyakinan bahwa pengertian itu dapat dicapai jika kita mengamati fenomena atau pertemuan kita dengan realitas.

4) Positivisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat hendaknya semata-mata berpangkal pada peristiwa yang positif, artinya peristiwa-peristiwa yang dialami manusia.

5) Aliran filsafat hidup, yaitu aliran yang berpendapat bahwa berfilsafat barulah mungkin jika rasio dipadukan dengan seluruh kepribadian sehingga filsafat itu tidak hanya hal yang mengenai berpikir saja, tetapi juga mengenai ada, yang mengikutkan kehendak, hati, dan iman, pendeknya seluruh hidup.
Share on :


Artikel Terkait :

0 komentar on Aliran-Aliran Dalam Filsafat :

Silahkan berkomentar yang baik dan Jangan Spam !